Jangan
sembrono dengan makanan kaleng. Alasannya, di samping bahan pengawet tidak baik
untuk kesehatan, mikrobakteri sangat mungkin menyusup ke dalam makanan kaleng
yang kemasannya telah rusak. Nasehat ini nampaknya mengena buat para ibu rumah
tangga yang tak mau bersusah-susah di dapur, hingga makanan kaleng seperti
kornet kerap menjadi pilihan sajian keluarganya.
Keluarga
kita memang tak perlu menjadi penganut anti-makanan kaleng. Dengan alasan,
kadar gizi makanan kaleng banyak berkurang. Di samping tentunya alasan khawatir
terhadap resiko pencemaran racun ke dalam makanan kaleng yang telah rusak
kemasannya.
Menurut
para ahli, makanan kaleng memang mengalami penurunan kandungan gizi. Ini karena
sebelum dikalengkan, makanan itu harus melalui proses pemanasan dalam suhu
lebih dari 120 derajat Celcius. Namun penurunan kadar gizi yang terjadi tidak
terlalu besar. Apalagi makanan kaleng itu ternyata, kata para ahli, tidak
mengancam kesehatan sama sekali.
Tentunya
makanan kaleng bisa dikonsumsi dengan catatan, kemasannya masih baik, atau
kandungan isinya belum tercemar bakteri yang biasa hidup dalam makanan. Jenis
mikrobakteri itu bernama Clostridium
botulinum (penghasil racun botulini). Mikrobakteri ini tergolong neurotoksin
yang bisa menyerang syaraf dan menyebabkan kelumpuhan.
Adapun
tanda-tanda keracunan botulini adalah tenggorokan menjadi kaku, penglihatan
ganda, otot kejang, dan dapat mengakibatkan kematian karena penderita tidak
bisa bernafas.
Karena
itu bagi yang hobi menyajikan hidangan keluarga dengan makanan kaleng,
sebaiknya berhati-hati. Teliti dengan cermat, apakah kemasan makanan yang
dibeli masih baik keadaannya dan mencantumkan registrasi dari Departemen
Kesehatan RI.
Jangan
sekali-kali membeli makanan kaleng yang kemasannya telah rusak. Seperti apa sih
kemasan kaleng yang rusak itu? Beberapa tanda kerusakan itu misalnya, kaleng penyok, karat, atau bocor. Jika
kemasannya rusak, sudah barang tentu makanan di dalamnya juga ikut rusak. Sebab
kemasan yang rusak akan mudah disusupi bakteri atau sumber penyakit lain.
Selain
berkarat, kita sebaiknya ‘curiga’ terhadap makanan kaleng yang akan kita beli
bila kemasannya cekung atau cembung. Sebab kaleng yang sudah cekung atau
cembung, biasanya ada kebocoran yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.
Dari titik itu, mikroba patogen bisa masuk dan berkembang di dalam makanan.
Jika
sudah yakin kaleng-kaleng kemasan makanan yang kita beli kondisinya baik, maka
hal lain yang mesti diperhatikan adalah, jangan memakan langsung makanan kaleng
semisal kornet sebelum dimasak ulang. Sebab ketika berlangsung proses
pengalengan, makanan itu memang sudah dimasak. Namun pengolahan ulang perlu
untuk mengantisipasi adanya mikrobakteri yang mungkin telah berkembang di dalam
makanan. Dengan cara memasak ulang secara optimal, mikrobakteri yang ada di
dalam makanan itu bisa mati. Jadi, untuk membunuh mikrobakteri di dalam
makanan, tidak cukup hanya dengan dipanaskan.
Meski
beberapa makanan kaleng telah diberi bahan pengawet tertentu, namun tidak
menutup kemungkinan mikroba patogen bisa tumbuh. Karena itu perhatikan sebelum
dimasak ulang (setelah dibuka), apakah makanan kaleng kita tidak rusak. Untuk
memastikan rusak-tidaknya makanan, bisa diketahui lewat perubahan warna dan
aroma makanan itu. Jika tidak terjadi perubahan, berarti makanan tetap sehat.
REFERENSI : REPUBLIKA
0 komentar:
Posting Komentar